Search for collections on EPrints Repository UNTIRTA

PARTISIPASI MASYARAKAT YANG BERMAKNA DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2022 TENTANG IBU KOTA NEGARA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 91/PUU-XVIII/2020

KRISNA WIJAYA, SAKTI (2024) PARTISIPASI MASYARAKAT YANG BERMAKNA DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2022 TENTANG IBU KOTA NEGARA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 91/PUU-XVIII/2020. S1 thesis, UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA.

[img] Text
SKRIPSI_FULLTEXT_SAKTI KRISNA WIJAYA_1111200295.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)
[img] Text
BAB II_SAKTI KRISNA WIJAYA_1111200295.pdf
Restricted to Registered users only

Download (399kB)
[img] Text
BAB III_SAKTI KRISNA WIJAYA_1111200295.pdf
Restricted to Registered users only

Download (310kB)
[img] Text
BAB IV_SAKTI KRISNA WIJAYA_1111200295.pdf
Restricted to Registered users only

Download (419kB)
[img] Text
BAB V_SAKTI KRISNA WIJAYA_1111200295.pdf
Restricted to Registered users only

Download (238kB)
[img] Text
Daftar Pustaka_SAKTI KRISNA WIJAYA_1111200295.pdf
Restricted to Registered users only

Download (248kB)
[img] Text
Lampiran_SAKTI KRISNA WIJAYA_1111200295.pdf
Restricted to Registered users only

Download (370kB)
[img] Text
SKRIPSI_FULLTEXT_SAKTI KRISNA WIJAYA_1111200295_01.pdf
Restricted to Registered users only

Download (897kB)

Abstract

After the Constitutional Court decision Number 91/PUU-XVIII/2020, there was a strengthening of public participation in the formation of laws and regulations. One of the materials for the change is about more meaningful public participation. Meaningful public participation entails the fulfillment of three rights: the right to be heard, the right to be considered, and the right to receive an explanation or response to the opinions given. Post the Constitutional Court Decision Number 91/PUU-XVIII/2020, there are several laws that have been promulgated. One of them is Law Number 3 of 2022 concerning the National Capital. The objective of this study is to examine the implementation of meaningful public participation in the formation of Law Number 3 of 2022 concerning the National Capital. The research methods used are normative juridical and empirical juridical with specifications in the form of descriptive analysis. The data source is secondary data with data collection techniques of literature studies and field studies. The results of the study show that the implementation of meaningful public participation in the Formation of Law Number 3 of 2022 concerning the State Capital is still not in accordance with the principles of the formation of laws and regulations and cannot be said to be meaningful public participation as explained in the consideration of the Constitutional Court Decision Number 91/PUU/XVIII/2020. The House of Representatives has not been able to create meaningful public participation because it has not been able to fulfill three prerequisites; First, the right to be heard; second, the right to be considered; and third, the right to be explained. Therefore, it is necessary to make technical improvements to channel people's aspirations both offline and online in order to provide a place for the fulfillment of these three rights.

Item Type: Thesis (S1)
Contributors:
ContributionContributorsNIP/NIM
Thesis advisorMUIN, FATHKUL198311282009121002
Thesis advisorMIRDEDI, MIRDEDI196707122005011001
Additional Information: Pasca putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 91/PUU-XVIII/2020 terjadi penguatan mengenai partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Salah satu materi perubahannya adalah tentang partisipasi masyarakat yang lebih bermakna. Partisipasi masyarakat yang bermakna yaitu terpenuhinya 3 (tiga) hak yaitu hak masyarakat untuk didengarkan pendapatnya (right to be heard); kedua, hak untuk dipertimbangkan pendapatnya (right to be considered); dan ketiga, hak untuk mendapatkan penjelasan atau jawaban atas pendapat yang diberikan (right to be explained). Pasca putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 91/PUU-XVIII/2020 terdapat beberapa undang-undang yang telah diundangkan. Salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui implementasi partisipasi masyarakat yang bermakna pada pembentukan Undang-Undang nomor 3 tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara. Metode penelitian yang digunakan yaitu yuridis normatif dan yuridis empiris dengan spesifikasi berupa deskriptif analisis. Sumber data yaitu data sekunder dengan teknik pengumpulan data studi kepustakaan dan studi lapangan. Hasil penelitian menunjukan implementasi partisipasi masyarakat yang bermakna dalam Pembentukan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara masih belum sesuai dengan asas dan prinsip pembentukan peraturan perundang-undangan dan belum dapat dikatakan sebagai partisipasi masyarakat yang bermakna sebagaimana yang di jelaskan dalam pertimbangan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 91/PUU/XVIII/2020. DPR belum mampu menciptakan sebuah partisipasi masyarakat yang bermakna karena belum mampu memenuhi tiga prasyarat; yaitu pertama, hak untuk didengarkan pendapatnya (right to be heard); kedua, hak untuk dipertimbangkan pendapatnya (right to be considered); dan ketiga, hak untuk mendapatkan penjelasan atau jawaban atas pendapat yang diberikan (right to be explained). Oleh karena itu, diperlukan adanya perbaikan teknis penyaluran aspirasi masyarakat baik secara offline maupun online agar memberikan tempat untuk pemenuhan ketiga hak tersebut.
Uncontrolled Keywords: Public Participation, Law Formation, Constitutional Court Decision Partisipasi Masyarakat, Pembentukan Undang-Undang, Putusan Mahkamah Konstitusi
Subjects: K Law > K Law (General)
K Law > KZ Law of Nations
Divisions: 01-Fakultas Hukum
01-Fakultas Hukum > 74201-Program Studi Ilmu Hukum
Depositing User: sakti krisna wijaya
Date Deposited: 27 Jul 2024 13:05
Last Modified: 27 Jul 2024 13:05
URI: http://eprints.untirta.ac.id/id/eprint/38730

Actions (login required)

View Item View Item