Rahmawati, Rahmawati and Yusuf, Maulana (2018) ANALISIS PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA ROTI GULACIR DI DESA SUKABARES KECAMATAN WARINGIN KURUNG KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN. Jurnal Administrasi Publik Volume 9, Nomor 2, Desember 2018, 9 (2). pp. 121-243. ISSN ISSN 2087 – 8923. e-ISSN 2549-9319
|
Text (Jurnal Administrasi Publik UNTIRTA)
01.pdf - Published Version Download (603kB) | Preview |
Abstract
Badan Usaha Milik Desa merupakan amanat yang tertuang dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Sejalan kewenangan ekonomi yang dimiliki oleh desa, pemerintah desa dapat mendirikan dan mengelola BUMDesa dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat desa sesuai dengan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan dan pengembangan BUMDesa di Desa Sukabares. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Informan penelitian antara lain perangkat desa, tokoh masyarakat, pelopor usaha roti gulacir. Desa Sukabares memiliki pangan local khas kampung gulacir yaitu roti gulacir. Produk panganan tersebut masih bersifat usaha rumah tangga dengan pemasaran di sekitar wilayah Serang dan Cilegon. Permintaan panganan roti gulacir tersebut cukup tinggi terutama pada saat menjelang hari raya idulfitri. Pengemasan yang masih sederhana dan pekerja berasal dari kerabat dekat membuat usaha roti gulacir tertutup untuk dikembangkan lebih besar lagi. hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah desa sudah melakukan kesepakatan melalui rembug desa dengan memngundang perangkat desa, BPD, tokoh masyarakat, pelaku usaha dan anggota PKK untuk mendirikan BUMDesa tiga tahun ke depan yaitu 2021, sehingga belum adanya surat keputusan yang mengatur mengenai anggaran dasar, aturan kerjasama dengan pihak lain dan rencana pengembangan desa. Pengembangan dan pengelolaan BUMDes roti gulacir baru bisa dilaksanakan pada tahun 2021 karena desa masih memproritaskan pembangunan fisik (infrastruktur) terlebih dahulu. Dari sisi pengusaha roti gulacir juga masih ada keengganan untuk mengembangkan lebih besar lagi usahanya dengan alasan menjaga rahasia usaha keluarga. Rekomendasi penelitian adalah desa dapat membentuk usaha berbentuk koperasi yang lebih menekankan pada pemasaran dan pelabelan produk panganan khas desa dan mewajibkan roti gulacir sebagai konsumsi dalam rapat-rapat di pemerintahan desa. Kata kunci : Badan Usaha Milik Desa, Roti Gulacir, Panganan khas local desa
Item Type: | Article |
---|---|
Additional Information: | Village-Owned Enterprises are the mandate contained in Law Number 6 of 2014 concerning Villages. In line with the economic authority possessed by the village, the village government can establish and manage BUMDesa in order to improve the welfare of rural communities in accordance with the Village Minister's Regulation, Development of Disadvantaged Regions and Transmigration of the Republic of Indonesia Number 1 of 2015. This study aims to analyze the formation and development of BUMD villages Sukabares. The method used is descriptive qualitative. Research informants included village officials, community leaders, pioneers of the gulacir bread business. Sukabares village has local food typical of the village of gulacir namely gulacir bread. The food product is still a household business with marketing around the Serang and Cilegon regions. The demand for gulacir bread is quite high, especially before the Eid-ul-Fitr festivities. Simple packaging and workers from close relatives make the closed gulacir business even larger. The results of the study show that the village government has made an agreement through village meetings by inviting village officials, BPDs, community leaders, business people and PKK members to establish BUMDesa in the next three years, namely 2021, so that there are no decrees governing the articles of association, cooperation rules with other parties and village development plans. Development and management of gulacir bread BUMDes can only be implemented in 2021 because the village still prioritizes physical development (infrastructure). From the side of the gulacir businessman there is also a reluctance to develop even bigger businesses by reason of keeping the family business secret. Research recommendations are that villages can form cooperative businesses that emphasize marketing and labeling typical village food products and require gulacir bread to be consumed in meetings in the village administration. Keywords: Village-Owned Enterprises, Gulacir Bread, Food typical of local villages |
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) |
Divisions: | 06-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 06-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > 63201-Program Studi Administrasi Publik |
Depositing User: | Admin Eprints Untirta |
Date Deposited: | 07 May 2019 01:49 |
Last Modified: | 07 May 2019 01:49 |
URI: | http://eprints.untirta.ac.id/id/eprint/1331 |
Actions (login required)
View Item |