%0 Thesis
%9 S1
%A RAHMAH, SAFINA ELFITRA
%A UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA,
%A FAKULTAS HUKUM,
%A JURUSAN ILMU HUKUM,
%B ILMU HUKUM
%D 2025
%F eprintuntirta:51146
%I UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
%K juvenile crime, violent theft, differential association theory,  situational crime prevention, crime prevention.  tindak pidana anak, pencurian kekerasan, teori diferensiasi  asosiasi, pencegahan kejahatan situasional, pencegahan kejahatan.
%P 120
%T KAJIAN KRIMINOLOGI TERHADAP ANAK YANG  MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN  KEKERASAN SECARA BERSAMA-SAMA  (Studi di Polres Metro Bekasi Kota)
%U https://eprints.untirta.ac.id/51146/
%X This research is motivated by the high involvement of children as perpetrators of violent theft committed collectively, particularly in Bekasi City, which has a significantly higher unemployment rate than the national average, contributing to an increase in crime rates in the area. The purpose of this study is to identify the factors that drive children to commit such crimes and to analyze the prevention and handling efforts carried out by the Bekasi City Metro Police. The research employs a qualitative approach using normative and empirical juridical methods, with data collected through literature studies and interviews with offenders and law enforcement officers. The theories used are Edwin H. Sutherland's Differential Association Theory and Ronald V. Clarke's Situational Crime Prevention Theory. The study finds that the primary factor driving children to engage in crime is negative social interaction with peer groups characterized by intense communication and strong emotional bonds. Children tend to conform to deviant values due to peer pressure, encouragement from friends, and a desire for social acceptance. Weak family supervision, economic hardship, and limited access to quality education further reinforce these tendencies. The Bekasi City Metro Police have implemented several efforts, including legal education, routine patrols, social media monitoring, and schoolbased guidance, aligned with restorative justice principles and child protection as mandated by Law No. 11 of 2012. These strategies reflect the principles of Situational Crime Prevention Theory, though improvements are still needed in technology use and cross-sector collaboration. This study concludes that effective crime prevention requires the active and continuous involvement of families, schools, communities, and law enforcement.
%Z Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya keterlibatan anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan secara bersama-sama, khususnya di wilayah Kota Bekasi yang memiliki tingkat pengangguran cukup tinggi  dibanding rata-rata nasional, sehingga angka kriminalitas pun meningkat. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong anak melakukan kejahatan tersebut serta menganalisis upaya pencegahan dan penanganannya oleh Polres Metro Bekasi Kota. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode yuridis normatif dan empiris, melalui studi kepustakaan dan wawancara dengan pelaku serta aparat kepolisian. Teori yang digunakan adalah Teori Asosiasi Diferensial oleh Edwin H. Sutherland dan Teori Pencegahan Kejahatan Situasional oleh Ronald V. Clarke. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama yang mendorong anak melakukan kejahatan adalah interaksi sosial negatif dengan kelompok teman sebaya yang memiliki intensitas komunikasi tinggi dan ikatan emosional kuat. Anak terdorong menyesuaikan diri dengan nilai menyimpang karena tekanan kelompok, ajakan teman, dan keinginan untuk diterima. Lemahnya kontrol keluarga, tekanan  ekonomi, dan rendahnya akses pendidikan turut memperkuat kecenderungan tersebut. Polres Metro Bekasi Kota telah melakukan berbagai upaya seperti penyuluhan hukum, patroli rutin, pengawasan media sosial, serta pembinaan di sekolah, yang mengacu pada prinsip keadilan restoratif dan perlindungan anak sesuai UU No. 11 Tahun 2012. Strategi ini sejalan dengan prinsip Teori Pencegahan Kejahatan Situasional, meskipun masih perlu penguatan di aspek teknologi dan kolaborasi lintas sektor. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pencegahan efektif membutuhkan keterlibatan aktif keluarga, sekolah, masyarakat, dan aparat secara berkelanjutan.