TY  - THES
EP  - 111
AV  - restricted
UR  - https://eprints.untirta.ac.id/50319/
N1  - Amir Syarifuddin mendefinisikan hadhanah sebagai pemeliharaan anak yang masih kecil setelah terjadinya putus perkawinan. Umumnya, hak hadhanah diberikan kepada ibunya, namun pelimpahan hak hadhanah dapat dilakukan jika sang ibu dirasa tidak layak dalam mengasuh anaknya. Pada putusan Nomor 4/Pdt.G/2022/MS.Aceh, hak hadhanah diberikan kepada Pembanding selaku Ibu, meskipun Pembanding melakukan perselingkuhan dan pernah mengalami depresi ringan. Penelitian ini menganalisis bagaimana pelimpahan hak hadhanah bagi anak yang belum mumayyiz kepada ibu yang berselingkuh dan pernah mengalami depresi ringan ditinjau dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam, dan bagaimana dampak hukum dari pertimbangan hakim mengenai hak hadhanah bagi anak yang belum mumayyiz kepada ibu yang berselingkuh dan pernah mengalami depresi ringan dalam putusan No. 4/Pdt.G/G2022/MS.Aceh. Penelitian ini menggunakan teori kepastian hukum dan teori keadilan hukum, serta menggunakan yuridis normatif sebagai metode penelitiannya. Hasil dari penelitiannya ini menyimpulkan, pelimpahan hak hadhanah bagi anak yang belum mumayyiz kepada ibu yang berselingkuh dan pernah mengalami depresi ringan tidak diatur secara jelas, namun dalam Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan dan Pasal 156 huruf (c) Kompilasi Hukum Islam memaparkan bahwa hak hadhanah dapat dipindahkan apabila orang tua tersebut terbukti sangat lalai dalam menjalankan kewajibannya terhadap anaknya, dan/atau berkelakuan buruk sekali hingga pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan jasmani dan rohani anak, karenanya kepentingan dan kesejahteraan anak, diharapkan dapat menjadi pertimbangan kepada siapa yang berhak dalam menerima hak hadhanah.
Y1  - 2025///
KW  - Hadhanah
KW  -  affair
KW  -  mental disorders
Hadhanah
KW  -  Perselingkuhan
KW  -  Gangguan Jiwa
TI  - PELIMPAHAN HAK HADHANAH BAGI ANAK YANG BELUM MUMAYYIZ KEPADA IBU YANG BERSELINGKUH DAN PERNAH MENGALAMI DEPRESI RINGAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (Studi Kasus Putusan Mahkamah Syar?iyah Aceh Perkara No. 4/Pdt.G/2022/MS.Aceh)
ID  - eprintuntirta50319
PB  - UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
N2  - Amir Syarifuddin defines hadhanah as the maintenance of a young child after the breakdown of marriage. Generally, hadhanah rights are given to the mother, but delegation of hadhanah rights can be done if the mother is deemed unfit to care for her child. In Decision No. 4/Pdt.G/2022/MS.Aceh, hadhanah rights were granted to the appellant as the mother, even though the appellant had an affair and had experienced mild depression. This study analyzes how the delegation of hadhanah rights for children who are not yet mumayyiz to mothers who have had affairs and have experienced mild depression is reviewed from Law Number 16 of 2019 concerning Amendments to Law Number 1 of 1974 concerning Marriage and Presidential Instruction Number 1 of 1991 concerning the Compilation of Islamic Law, and what is the legal impact of the judge's consideration of hadhanah rights for children who are not yet mumayyiz to mothers who have had affairs and have experienced mild depression in decision No. 4/Pdt.G/G2022/MS.Aceh. This research uses legal certainty theory and legal justice theory, and uses normative juridical as its research method. The results of this research conclude that the delegation of hadhanah rights for children who are not yet mumayyiz to mothers who have had affairs and have experienced mild depression is not clearly regulated, but Article 49 paragraph (1) of the Marriage Law and Article 156 letter (c) of the Compilation of Islamic Law explains that hadhanah rights can be transferred if the parent is proven to be very negligent in carrying out his obligations towards his child, and/or behaves so badly that the hadhanah holder cannot guarantee the physical and spiritual safety of the child, therefore the interests and welfare of the child are expected to be a consideration for who is entitled to receive hadhanah rights.
M1  - sarjana
A1  - SYIFA, LIORA NABILA
ER  -