@phdthesis{eprintuntirta48128, school = {UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA}, year = {2025}, author = {HANIF MAULANA}, title = {ANALISIS NILAI ERODIBILITAS TANAH DI LAHAN TUMBUH TALAS BENENG (Xanthosoma undipes) BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT}, note = {Talas Beneng memiliki potensi yang signifikan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan nilai ekonomi, khususnya di wilayah Banten. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai erodibilitas tanah di lahan budidaya Talas Beneng yang tersebar di Desa Talaga Warna, Juhut, dan Kaduengang, guna mendukung pengelolaan lahan yang berkelanjutan dan mengoptimalkan hasil panen. Penelitian ini menggunakan metode survei untuk menganalisis erodibilitas tanah dengan menggunakan rumus Wischmeier dan Smith (1978), dengan mempertimbangkan parameter seperti tekstur tanah, struktur tanah, kandungan bahan organik, dan permeabilitas. Sebanyak tiga puluh sampel tanah dikumpulkan dari tiga zona ketinggian berbeda untuk menangkap variasi kondisi tanah. Nilai erodibilitas tanah (K) dihitung menggunakan Microsoft Excel, sedangkan pemetaan spasial dilakukan menggunakan ArcGIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan bahan organik meningkat seiring dengan ketinggian tempat akibat faktor iklim yang memengaruhi laju dekomposisi. Tekstur tanah bervariasi, dengan tanah lempung berpasir (sandy clay loam) ditemukan di Talaga Warna dan Juhut, sedangkan tanah lempung berpasir kasar (loamy sand) mendominasi di Kaduengang, mencerminkan keragaman geografis wilayah Gunung Karang. Struktur tanah berkisar dari granular hingga kasar, dengan tingkat permeabilitas yang bervariasi yang memengaruhi risiko erodibilitas tanah. Berdasarkan analisis, nilai erodibilitas tanah tertinggi tercatat pada ketinggian rendah ({$\pm$}343 meter di atas permukaan laut) dan sedang ({$\pm$}615 meter di atas permukaan laut), keduanya sebesar 0,51 yang diklasifikasikan sebagai risiko erosi tinggi. Sementara itu, pada ketinggian tinggi ({$\pm$}761 meter di atas permukaan laut), nilai erodibilitas sebesar 0,39 yang dikategorikan sebagai risiko erosi cukup tinggi}, keywords = {ArcGis, beneng taro, elevation, soil erodibility}, abstract = {Taro Beneng has significant potential to enhance food security and economic value, particularly in the Banten region. This study aimed to analyze soil erodibility values in Taro Beneng cultivation areas across Talaga Warna, Juhut, and Kaduengang villages to support sustainable land management and optimize crop yields. This research employed a survey method to analyze soil erodibility using the Wischmeier and Smith (1978) formula, considering parameters such as soil texture, structure, organic matter content, and permeability. A total of thirty soil samples were collected from three different elevation zones to capture variations in soil conditions. The soil erodibility (K) values were calculated using Microsoft Excel, while spatial mapping was performed using ArcGIS.The results indicate that organic matter content increases with elevation due to climatic factors affecting decomposition rates. Soil texture varies, with sandy clay loam found in Talaga Warna and Juhut, while loamy sand is predominant in Kaduengang, reflecting the geographical diversity of the Mount Karang region. Soil structure ranges from granular to coarse, with varying permeability levels influencing soil erodibility risks. Based on the analysis, the highest soil erodibility values were recorded at low ({$\pm$}343 meters above sea level) and medium ({$\pm$}615 meters above sea level) elevations, both at 0.51, classified as high erosion risk. Meanwhile, at high elevation ({$\pm$}761 meters above sea level), the erodibility value was 0.39, categorized as moderately high.}, url = {https://eprints.untirta.ac.id/48128/} }