%O Penelitian ini mengeksplorasi konstruksi identitas Komunitas Punk Soeara Rakjat (SORAK) dalam upaya mendapatkan rekognisi masyarakat untuk agenda keberlanjutan lingkungan di Pekanbaru. Melalui pisau analisis teori rekognisi Axel Honneth yang mencakup cinta, hak legal, dan solidaritas. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi Edmund Husserl, penelitian ini menyoroti temuan lapangan berupa wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas ini dapat mengubah persepsi masyarakat melalui keterlibatan aktif dalam isu lingkungan dan sosial, membuktikan bahwa subkultur punk dapat bertransformasi. Evidensi lapangan menunjukkan bahwa pengakuan sosial komunitas ini tidak hanya datang dari kalangan internal mereka, tetapi juga dari lembaga lingkungan seperti WALHI Riau dan masyarakat yang terlibat langsung dalam kegiatan bersama. Melalui kerja kolektif, SORAK tidak hanya memperjuangkan keberlanjutan lingkungan tetapi juga memberikan perjuangan untuk keadilan sosial. Penelitian ini memberikan penegasan atas hasil riset sebelumnya mengenai transformasi komunitas subkultur punk sebagai agen perubahan sosial dan lingkungan di tengah masyarakat. %D 2024 %L eprintuntirta48050 %K Recognition, Environmental Sustainability, Identity. Rekognisi, Keberlanjutan Lingkungan, Identitas. %A ZAENAL MUSTAKIM %X This study explores the identity construction of the Punk Soeara Rakjat (SORAK) Community in its efforts to gain societal recognition for environmental sustainability agendas in Pekanbaru. Using Axel Honneth’s recognition theory, which encompasses love, legal rights, and solidarity, as its analytical framework, the study adopts a qualitative approach with Edmund Husserl’s phenomenological method. The research highlights field findings derived from interviews and observations. The results show that the community has successfully changed societal perceptions through active involvement in environmental and social issues, demonstrating that punk subculture can transform positively. Field evidence indicates that social recognition for this community comes not only from within their internal circles but also from environmental organizations such as WALHI Riau and local communities actively participating in joint activities. Through collective efforts, SORAK not only advocates for environmental sustainability but also fights for social justice. This study reinforces previous research findings on the transformation of punk subculture communities as agents of social and environmental change within society. %I UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA %T PERAN KOMUNITAS PUNK SOEARA RAKJAT (SORAK) DALAM MEMBANGUN KESADARAN LINGKUNGAN DI PEKANBARU