@phdthesis{eprintuntirta45295, year = {2025}, author = {ANA HERLIANA}, note = {Prevalensi balita stunting di Banten dari tahun 2019 sampai 2022 yaitu 21.84\% di tahun 2020, 24.5\% di tahun 2021, dan 20.0\% di tahun 2022 (SSGI, 2023). Berdasarkan hasil tersebut, prevalensi stunting di Provinsi Banten mengalami kenaikan di tahun 2021 dan mengalami penurunan sebanyak 4.5\% di tahun 2022. Provinsi Banten di pilih menjadi wilayah penelitian, karena masih belum mencapai target prevalensi stunting menurut RPJMN tahun 2020-2024. Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Provinsi Banten pada tahun 2021-2022 berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia tahun 2021-2022. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita, sehingga dapat dijadikan landasan dan bahan evaluasi dalam pembuatan kebijakan atau program terkait pencegahan dan penurunan angka stunting pada balita di Provinsi Banten. Penelitian ini sepenuhnya menggunakan data sekunder yang berasal dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021-2022 dengan desain studi cross-sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-November tahun 2024 di Kota Serang, Provinsi Banten. Data yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 5903 balita usia 0-59 bulan. Analisis univariat untuk mendeskripsikan variabel terikat dan bebas dengan gambaran distribusi frekuensi dalam bentuk persentase dan jumlah. Analisis bivariat yaitu uji hubungan dengan chi-square dan ukuran asosiasi Odds Ratio (OR) untuk mengamati hubungan (uji chi-square menggunakan CI 95\% dengan p-value 0,05). Analisis multivariat dilakukan untuk mengamati hubungan satu atau beberapa variabel bebas dengan satu atau beberapa variabel tergantung. Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh pada analisis ini, dapat menggambarkan kekuatan hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Kabupaten Tangerang menjadi wilayah yang memeiliki prevalensi stunting tertinggi se-Provinsi Banten. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa usia balita (p-value {\ensuremath{<}}0,001), berat badan lahir (p-value 0,046), panjang lahir (p-value {\ensuremath{<}}0,001), pendidikan terakhir orang tua (p-value {\ensuremath{<}}0,001), pekerjaa orang tua (p-value {\ensuremath{<}}0,001), besar keluarga (p-value {\ensuremath{<}}0,001), kekayaan aset (p-value {\ensuremath{<}}0,001), wilayah tempat tinggal (p-value {\ensuremath{<}}0,001), pemberian IMD (p-value {\ensuremath{<}}0,001), ASI Eksklusif (p-value {\ensuremath{<}}0,001), pemberian MP-ASI pertama (p-value {\ensuremath{<}}0,001), riwayat pneumonia (p-value {\ensuremath{<}}0,001), TB paru (p-value {\ensuremath{<}}0,001), kecacingan(p-value {\ensuremath{<}}0,001), dan kepemilikan jamban (p-value {\ensuremath{<}}0,001) menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian stunting. Sedangkan hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa terdapat 5 faktor yang memiliki nilai OR yang tertinggi diantaranta usia balita (OR = 2623508,496), panjang lahir (OR = 5204,063), kepemilikan jaminan kesehatan (OR = 99,188), pemberian IMD (OR = 93,399), dan pemberian ASI eksklusif (OR = 12,341). Kesimpulannya, beberapa faktor kompleks berkontribusi terhadap kejadian stunting pada balita di Provinsi Banten. Intervensi yang komprehensif perlu dilakukan untuk mengatasi masalah stunting ini. Peneliti selanjutnya bisa melakukan studi kasus di beberapa kabupaten/kota dengan prevalensi stunting yang sangat tinggi dan rendah untuk menggali faktor-faktor spesifik yang bisa di kontribusikan untuk menurunkan angka stunting di wilayah tersebut.}, title = {FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2021-2022}, school = {UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA}, url = {https://eprints.untirta.ac.id/45295/}, keywords = {Infant Stunting, Banten Province, Risk Factors, SSGI, Multivariate Analysis Stunting Balita, Provinsi Banten, Faktor Risiko, SSGI, Analisis Multivariat}, abstract = {The prevalence of stunting among infants in Banten from 2019 to 2022 was 21.84\% in 2020, 24.5\% in 2021, and 20.0\% in 2022 (SSGI, 2023). Based on these results, the prevalence of stunting in Banten Province increased in 2021 and decreased by 4.5\% in 2022. Banten Province was selected as the study area because it has yet to meet the stunting prevalence target according to the 2020-2024 National Medium-Term Development Plan (RPJMN). This study aimed to analyze the factors associated with stunting among infants in Banten Province in 2021-2022 based on the 2021-2022 Indonesian National Nutrition Status Survey (SSGI). The findings of this study are expected to provide information on the factors associated with stunting among infants, thus serving as a basis and evaluation material for the development of policies or programs related to the prevention and reduction of stunting rates among infants in Banten Province. This study fully utilized secondary data from the 2021-2022 Indonesian National Nutrition Status Survey (SSGI) with a cross-sectional study design. This study was conducted from May to November 2024 in Serang City, Banten Province. The data used in this study comprised 5,903 infants aged 0-59 months. Univariate analysis was used to describe dependent and independent variables with a frequency distribution in the form of percentages and numbers. Bivariate analysis, namely the chi-square test and the Odds Ratio (OR) association measure, was used to observe the relationship (chi-square test using 95\% CI with a p-value of 0.05). Multivariate analysis was conducted to observe the relationship between one or more independent variables and one or more dependent variables. The Odds Ratio (OR) values obtained from this analysis can describe the strength of the relationship between independent and dependent variables. The results of the data analysis showed that Tangerang Regency had the highest prevalence of stunting in Banten Province. The results of the bivariate analysis showed that infant age (p-value {\ensuremath{<}}0.001), birth weight (p-value 0.046), birth length (p-value {\ensuremath{<}}0.001), parents' last education (p-value {\ensuremath{<}}0.001), parents' occupation (p-value {\ensuremath{<}}0.001), family size (p-value {\ensuremath{<}}0.001), asset wealth (p-value {\ensuremath{<}}0.001), place of residence (p-value {\ensuremath{<}}0.001), early initiation of breastfeeding (IMD) (p-value {\ensuremath{<}}0.001), exclusive breastfeeding (p-value {\ensuremath{<}}0.001), introduction of complementary feeding (p-value {\ensuremath{<}}0.001), history of pneumonia (p-value {\ensuremath{<}}0.001), pulmonary tuberculosis (p-value {\ensuremath{<}}0.001), helminthiasis (p-value {\ensuremath{<}}0.001), and toilet ownership (p-value {\ensuremath{<}}0.001) showed an association with stunting. Meanwhile, the results of the multivariate analysis showed that there were 5 factors with the highest OR values, namely infant age (OR = 2623508.496), birth length (OR = 5204.063), health insurance coverage (OR = 99.188), early initiation of breastfeeding (OR = 93.399), and exclusive breastfeeding (OR = 12.341). In conclusion, several complex factors contribute to stunting among infants in Banten Province. Comprehensive interventions are needed to address this stunting problem. Further research could conduct case studies in several districts/cities with very high and low stunting prevalence to explore specific factors that could contribute to reducing stunting rates in these areas.} }