%T DAMPAK PROPAGANDA GERAKAN MENABUNG JEPANG TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DI PULAU JAWA (1942 – 1945) %A Inda Robbiyatul Mardiyya %I UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA %L eprintuntirta43865 %D 2024 %K Savings Propaganda, Economy, Java Island (1942-1945) Propaganda Menabung, Ekonomi, Pulau Jawa (1942-1945) %O Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui historis dari dampak propaganda gerakan menabung Jepang terhadap ekonomi masyarakat di Pulau Jawa (1942-1945). Metode yang digunakan menggunakan metode penelitian sejarah, meliputi heuristik, kritik, interprestasi dan histiografi. Teori analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori propaganda yang dikemukakan oleh Edward L Bernays, teori ini digunakan guna menganalisis propaganda yang merupakan bentuk komunikasi massa yang sering kali digunakan oleh individu maupun kelompok sebagai media untuk menyebarkan suatu keyakinan atau doktrin. Hasil penelitian menunjukan Kegiatan menabung merupakan sesuatu yang telah berakar dan membudaya. Sementara itu, kegiatan menabung dengan mempercayakan uang kepada institusi pemerintah telah berlangsung sejak zaman Meiji tahun 1870-an. Berbeda dengan Jepang, masyarakat Indonesia mengenal lembaga keuangan berupa bank sejak tahun 1897 ketika untuk pertama kalinya pemerintah kolonial Belanda mendirikan Postpaarbank yang berkedudukan di Batavia. Walaupun bank telah ada sejak masa pemerintahan kolonial Belanda, namun dugaan yang menunjukkan bahwa jumlah nasabah meningkat pesat pada masa pendudukan Jepang tidak bisa diabaikan. Tidak hanya berkaitan dengan bagaimana menghemat dan menabungkan uang, pada dasarnya, ajakan secara umum untuk melakukan penghematan berkaitan dengan gaya hidup selama perang telah disosialisasikan oleh pihak Jepang. Kondisi ekonomi di Indonesia pada masa kependudukan Jepang 1942-1945 pada saat itu Jepang melakukan kebijaksanaan yang dimana seperti meningkatkan produksi padi pada tahun 1942 keadaan beras pada saat itu sangat mengkhawatirkan. Jepang merencanakan penambahan areal tanah. Cara menambah areal tanah tersebut dengan membuka tanah baru terutama bekas perkebunan tanah lainnya yang belum pernah ditanami disamping itu juga Jepang yang memperkenalkan teknik penanaman padi yang baru. Pada masa kependudukan Jepang saat itu juga pulau Jawa ditetapkan sebagai pemasok beras pulau-pulau diluar Jawa serta untuk keperluan pertempuran di medan pertempuran. Keperluan beras pada saat itu sangat dipentingkan karena semasa perang membutuhkan kebutuhan bahan makanan banyak. %X This research aims to determine the historical impact of the Japanese Savings Movement Propaganda on the Community Economy on the Island of Java (1942-1945). The method used uses historical research methods, including heuristics, criticism, interpretation and histiography. The analytical theory used in this research uses the propaganda theory put forward by Edward L Bernays, this theory is used to analyze propaganda which is a form of mass communication that is often used by individuals and groups as a medium to spread a belief or doctrine. The research results show that saving activity is something that is rooted and entrenched. Meanwhile, the activity of saving by entrusting money to government institutions has been going on since the Meiji era in the 1870s. In contrast to Japan, Indonesian people have known about financial institutions in the form of banks since 1897 when the Dutch colonial government first established Postpaarbank which was based in Batavia. Even though banks have existed since the Dutch colonial era, allegations that the number of customers increased rapidly during the Japanese occupation cannot be ignored. Not only related to how to save and save money, basically, a general invitation to save money related to lifestyle during the war was socialized by the Japanese. Economic conditions in Indonesia during the Japanese occupation period 1942-1945, at that time Japan carried out policies such as increasing rice production in 1942, the condition of rice at that time was very worrying. Japan plans to increase land area. The way to increase the land area is by opening up new land, especially former plantations, other land that has never been planted, besides Japan, which introduced new rice planting techniques. During the Japanese occupation, at that time, the island of Java was designated as a supplier of rice for islands outside Java as well as for fighting purposes on the battlefield. The need for rice at that time was very important because during the war a lot of food was needed.