Siregar, Nathalya Deasy Arthauli (2025) IMPLIKASI HUKUM PERKAWINAN ADAT PARIBAN DALAM ADAT BATAK TOBA DITINJAU MENURUT UU NO. 1 TAHUN1974 JO UU NO. 16 TAHUN 2019 TENTANG PERKAWINAN (Studi Kasus Masyarakat Batak Toba di Karawaci Tangerang). S1 thesis, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
![[img]](https://eprints.untirta.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text
01. Nathalya Deasy Arthauli Siregar_1111210316_Full Text.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
|
Text
Nathalya Deasy Arthauli Siregar_1111210316_01.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
|
Text
Nathalya Deasy Arthauli Siregar_1111210316_02.pdf Restricted to Registered users only Download (337kB) |
|
Text
Nathalya Deasy Arthauli Siregar_1111210316_03.pdf Restricted to Registered users only Download (301kB) |
|
Text
Nathalya Deasy Arthauli Siregar_1111210316_04.pdf Restricted to Registered users only Download (273kB) |
|
Text
Nathalya Deasy Arthauli Siregar_1111210316_05.pdf Restricted to Registered users only Download (241kB) |
|
Text
Nathalya Deasy Arthauli Siregar_1111210316_Ref.pdf Restricted to Registered users only Download (270kB) |
|
Text
Nathalya Deasy Arthauli Siregar_1111210316_Lamp.pdf Restricted to Registered users only Download (428kB) |
Abstract
Pariban marriage in the Batak Toba community is an ideal and legitimate form of marriage according to Batak Toba customary law. This marriage occurs between a young man and his boru ni tulang (daughter of his mother's brother) or vice versa, a woman with her anak ni namboru (daughter of her father's sister), commonly referred to as saompu or blood-related marriage in Batak Toba customary society. The theoretical framework used by the author is the theory of Sociological Jurisprudence and the theory of Legal Events. The research method employed in this thesis is the empirical juridical method, which relies on primary and secondary data. Additionally, the author uses a qualitative problem approach. The data analysis employed is qualitative data analysis that produces descriptive data. The results of the case study conducted by the author indicate that the process of implementing pariban marriage shows differences in the provision of dowry, where discussions regarding the dowry are only held once, and the amount given must be accepted by the female party. This marriage not only has financial aspects but also entails moral and social responsibilities to maintain good relations between families. Furthermore, pariban marriage can strengthen social ties and solidarity within the community, which has implications for social stability and ease in addressing family issues, thanks to the close kinship system between both parties. The legal implications related to pariban marriage are that despite the prohibition from the Catholic Church, the granting of dispensations and the implementation of this marriage still respect local culture and customary law in the Karawaci Tangerang area. Although there are concerns about hereditary diseases, these implications are not very pronounced, as each individual has different genes and fortunes. Therefore, the impact of pariban marriage, also known as consanguineous marriage or incest, according to the Canon Law of the Catholic Church, cannot be generalized.
| Item Type: | Thesis (S1) | |||||||||
|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| Contributors: |
|
|||||||||
| Additional Information: | Perkawinan pariban dalam masyarakat Batak Toba adalah bentuk perkawinan yang ideal dan sah menurut hukum adat Batak Toba. Perkawinan ini terjadi antara seorang pemuda dengan boru ni tulangnya (puteri dari saudara laki-laki ibunya) atau sebaliknya, seorang wanita dengan anak ni namboru-nya (puteri dari saudari ayahnya) dalam istilah umum disebut sebagai perkawinan saompu atau sedarah di dalam masyarakat adat Batak Toba. Kerangka teori yang penulis gunakan adalah teori Sociological Jurisprudence dan teori Peristiwa Hukum. Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode yuridis empiris, yang akan bertumpu pada data primer dan data sekunder. Dan juga penulis menggunakan pendekatan masalah berupa pendekatan kualitatif. Dan penulis menggunakan analisa data berupa analisis data kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Hasil penelitian dari studi kasus yang dilakukan oleh penulis adalah proses pelaksanaan perkawinan pariban adalah bahwa terdapat perbedaan dalam pemberian mahar, di mana pembicaraan mengenai mahar hanya dilakukan sekali dan jumlah yang diberikan harus diterima oleh pihak perempuan. Perkawinan ini tidak hanya memiliki aspek finansial, tetapi juga tanggung jawab moral dan sosial untuk menjaga hubungan baik antar keluarga. Selain itu, perkawinan pariban dapat memperkuat ikatan sosial dan solidaritas dalam komunitas, yang berimplikasi pada stabilitas sosial dan kemudahan dalam mengatasi permasalahan keluarga, berkat sistem kekeluargaan yang erat antara kedua belah pihak. implikasi hukum terkait perkawinan pariban adalah bahwa meskipun terdapat larangan dari pihak Gereja Katolik, pemberian dispensasi dan pelaksanaan perkawinan ini tetap menghormati budaya lokal serta hukum adat di Wilayah Karawaci Tangerang. Meskipun ada kekhawatiran mengenai gangguan penyakit keturunan, implikasi tersebut tidak terlalu mencolok, karena setiap individu memiliki gen dan peruntungan yang berbeda. Oleh karena itu, tidak dapat disamaratakan dampak dari perkawinan pariban, yang juga dikenal sebagai pernikahan sedarah atau incest, menurut Kitab Hukum Kanonik Agama Katolik. | |||||||||
| Uncontrolled Keywords: | Marriage, Dispensation, Batak Toba Customary Law Perkawinan, Dispensasi, Hukum Adat Batak Toba | |||||||||
| Subjects: | K Law > K Law (General) K Law > KZ Law of Nations |
|||||||||
| Divisions: | 01-Fakultas Hukum 01-Fakultas Hukum > 74201-Program Studi Ilmu Hukum |
|||||||||
| Depositing User: | Nathalya Deasy Arthauli Siregar | |||||||||
| Date Deposited: | 13 Aug 2025 03:43 | |||||||||
| Last Modified: | 13 Aug 2025 03:43 | |||||||||
| URI: | http://eprints.untirta.ac.id/id/eprint/51808 |
Actions (login required)
 |
View Item |