Dermawan, Andhivayana Febri (2020) PENGARUH TEMPERATUR QUENCHING DAN TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO SIFAT MEKANIK DAN KETAHANAN STRESS CORROSION CRACKING BAJA CA6NM DALAM LARUTAN SIMULASI GEOTHERMAL. S1 thesis, Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
![]() |
Text (Abstrak)
[ABSTRAK] PENGARUH TEMPERATUR QUENCHING DAN TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO SIFAT MEKANIK DAN KETAHANAN STRESS CORROSIO~1.pdf Restricted to Registered users only Download (132kB) |
![]() |
Text (Fulltext)
[FULLDRAFT SKRIPSI] PENGARUH TEMPERATUR QUENCHING DAN TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO SIFAT MEKANIK DAN KETAHANAN STRES~1.pdf Restricted to Registered users only Download (7MB) |
Abstract
Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) merupakan salah satu pembangkit listrik yang digolongkan ke dalam sumber energi baru dan terbarukan. Baja tahan karat CA6NM merupakan baja paduan kromium, nikel, dan molibdenum yang dapat diperbaiki sifat mekaniknya dengan perlakuan panas, baja tahan karat CA6NM diaplikasikan untuk komponen manufaktur salah satunya sebagai bahan material untuk sudu turbin pada Pembangkit Listrik. Baja tahan karat CA6NM sangat rentan terhadap berbagai bentuk korosi yang terlokalisasi, termasuk pitting corrosion, Stress Corrosion Cracking (SCC), Corrosion Fatigue (CF), dan Hydrogen Induced Cracking (HIC). Oleh karena itu perlakuan panas quenching, dan tempering direkomendasikan sebagai salah satu cara terbaik untuk memperbaiki sifat mekanik dan korosi sehingga dapat digunakan untuk aplikasi sudu turbin pada PLTP. Variasi temperatur perlakuan panas quenching 1000, 1050, 1100℃ dan variasi temperatur perlakuan panas tempering 600, 650, 700℃ dengan masing-masing waktu tahan 3 jam dan menggunakan media pendinginan oli. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan kenaikan temperatur austenisasi fasa delta ferit yang terbentuk akan berkurang berbanding terbalik dengan fasa austenit. Kenaikan temperatur tempering fasa martensit yang terbentuk akan semakin besar dan renggang. Nilai kekuatan tarik mengalami penurunan setelah dilakukan perlakuan panas quenching namun pada persen elongasi mengalami kenaikan, berbanding terbalik dengan perlakuan panas tempering nilai kuat tarik meningkat namun menurunkan persen elongasi. Ketahanan SCC pada sampel B-1 tidak patah setelah proses SCC selama 240 jam, namun pada sampel C-3 patah setelah proses SCC selama 183 jam.
Item Type: | Thesis (S1) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Contributors: |
|
|||||||||
Uncontrolled Keywords: | CA6NM, Quenching, Tempering, SCC. | |||||||||
Subjects: | T Technology > TN Mining engineering. Metallurgy | |||||||||
Divisions: | 03-Fakultas Teknik > 27201-Jurusan Teknik Metalurgi | |||||||||
Depositing User: | Perpustakaan FT | |||||||||
Date Deposited: | 11 Jul 2025 03:25 | |||||||||
Last Modified: | 11 Jul 2025 03:25 | |||||||||
URI: | http://eprints.untirta.ac.id/id/eprint/51256 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |