Viryaningsih, Nur (2022) PENGARUH KONSENTRASI CH3COOH PADA EKSTRAKSI KOLAGEN LIMBAH SISIK IKAN BANDENG DAN PENAMBAHAN AgNO3 TERHADAP NANOFIBER PVA/KOLAGEN UNTUK APLIKASI WOUND DRESSING. S1 thesis, Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

	Text (Fultext) [FIX] Full Draft Skripsi_Nur Viryaningsih_3334170015.pdf Restricted to Registered users only Download (4MB)
	Text (Abstrak) Abstrak Bahasa Indonesia_Nur Viryaningsih_3334170015.pdf Restricted to Registered users only Download (88kB)

Abstract

Limbah sisik ikan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kolagen. Kolagen dari limbah sisik ikan banyak diaplikasikan, salah satunya di bidang medis yang digunakan dalam pembuatan pembalut luka. Akan tetapi pada penelitian sebelumnya, kolagen saja belum cukup untuk digunakan sebagai bahan dalam pembuatan pembalut luka karena tidak memiliki sifat antibakteri yang dapat mencegah adanya infeksi. Oleh karena itu, perlu ditambahkan dengan material yang memiliki sifat antimikroba yaitu AgNO3. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan kolagen dari limbah sisik ikan bandeng. Metode penelitian ini terdiri dari proses pretreatment menggunakan larutan NaOH 0.1 M selama waktu 8 jam, proses penetralan dengan menggunakan akuades hingga pH netral, proses ekstraksi kolagen menggunakan larutan CH3COOH dengan variasi konsentrasi 0,75 M; 1 M; dan 1,25 M selama waktu 3x24 jam, proses salting out menggunakan larutan NaCl 2,6 M selama waktu 24 jam, proses dialisis dan proses pengeringan menggunakan freeze dryer. Hasil kolagen sisik ikan bandeng tersebut selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut berupa analisis rendemen, kadar air, kadar abu, pH dan FTIR untuk memilih hasil kolagen terbaik yang akan digunakan sebagai bahan baku pada proses selanjutnya yaitu pembuatan nanofiber untuk aplikasi wound dressing atau pembalut luka. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui kolagen sisik ikan bandeng yang diperoleh pada penggunaan asam asetat 0,75 M, 1 M dan 1,25 M yaitu masing-masing memperoleh nilai rendemen (0,186%; 0,3185%; dan 0,2335%), nilai kadar air (16,67%; 10%; dan 3,33%), nilai kadar abu (13,33%; 3,33%; dan 6,67%), nilai pH (5,17; 4,61; dan 4,29), dan FTIR menunjukkan gugus amida A (3292,16 cm-1, 3308,47 cm-1 dan 3310,51 cm-1), amida B (2922,96 cm-1, 2927,04 cm-1, dan 2925 cm-1), amida I (1639,96 cm-1, 1637,92, cm-1, dan 1633,84 cm-1), amida II (1546,13 cm-1, 1544,09 cm-1, dan 1542,05 cm-1) dan amida III (1238,13 cm-1, 1236,09 cm-1, dan 1234,05 cm-1). Kolagen sisik ikan bandeng yang dipilih yaitu penggunaan konsentrasi asam asetat 1 M untuk dilakukan pembuatan nanofiber dengan menggunakan metode electrospinning yang terdiri dari material berbasis Polyvinyl Alcohol (PVA), dengan tegangan listrik electrospinning yang digunakan sebesar 19 kV, laju penyemprotan sebesar 0,183 ml/jam, dan jarum electrospinning berdiameter 0,3 mm serta jarak jarum electrospinning ke kolektor di atur sebesar 15 cm. Kemudian dilakukan dengan adanya penambahan AgNO3 0.1 M dan yang tidak dilakukan penambahan AgNO3. Hasil nanofiber tersebut dilakukan pengujian dengan X-Ray Diffraction (XRD) serta melakukan pengujian aktivitas antibakteri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan peaks senyawa Ag pada nanofiber PVA/Kolagen/AgNO3 (45,35° dan 51,74°), peaks senyawa kolagen pada masing-masing nanofiber PVA/Kolagen dan nanofiber PVA/Kolagen/AgNO3 (23,11° dan 22,25°), peaks senyawa PVA yang yang ditemukan pada nanofiber PVA/Kolagen (22,01°; 43,73° dan 64,12°), dan nanofiber PVA/Kolagen/AgNO3 di sudut 2θ yaitu sebesar (21,41° dan 64,50°), serta pengujian daya hambat zat antibakteri yang diperoleh dengan penambahan AgNO3 pada nanofiber PVA/Kolagen menghasilkan zona hambat sebesar 1 mm.

Actions (login required)

View Item