Search for collections on EPrints Repository UNTIRTA

INSPEKSI CACAT PADA SAMBUNGAN LAS PELAT BAJA KARBON RENDAH MENGGUNAKAN MAGNETIC INDUCTION TOMOGRAPHY DENGAN SENSOR PLANAR 2 CHANNEL

Nur Fitriani, Annisa (2017) INSPEKSI CACAT PADA SAMBUNGAN LAS PELAT BAJA KARBON RENDAH MENGGUNAKAN MAGNETIC INDUCTION TOMOGRAPHY DENGAN SENSOR PLANAR 2 CHANNEL. S1 thesis, UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA.

[img] Text
INSPEKSI CACAT PADA SAMBUNGAN LAS PELAT BAJA KARBON RENDAH MENGGUNAKAN MAGNETIC INDUCTION TOMOGRAPHY DENGAN SENSOR PLANAR 2 CHANNEL.pdf
Restricted to Registered users only

Download (5MB)

Abstract

Pengelasan logam merupakan proses fabrikasi untuk membuat sambungan antara dua atau lebih logam dengan memanaskannya hingga mencapai titik leleh logam tersebut dengan atau tanpa penggunaan tekanan dan logam pengisi. Kualitas hasil lasan dipengaruhi oleh ada tidaknya cacat pada hasil lasan. Cacat adalah diskontinuitas dengan ukuran melebihi batas dari spesifikasi dan standar yang telah ditentukan. Diskontinuitas las merupakan interupsi pada struktur lasan seperti ketidakhomogenan sifat mekanik, metalurgi, atau fisika pada material atau lasan. Salah satu metode untuk mengetahui keberadaan diskontinuitas adalah dengan pengujian tidak merusak (non-destructive test). Metode pengujian tidak merusak yang umum digunakan untuk menginspeksi hasil lasan adalah radiografi dan ultrasonik. Saat ini, salah satu metode yang sedang dikembangkan untuk pengujian tidak merusak adalah Magnetic Induction Tomography (MIT). Selain karena bersifat non-intrusive dan contacless, kelebihan MIT adalah aman dari bahaya radiasi dan relatif murah. Penelitian ini menggunakan sensor MIT fleksibel dengan koil pemancar dan koil penerima terbuat dari koil tembaga. Kedua koil dililit sebanyak tiga kali hingga membentuk koil spiral berdiameter 5 mm. Sampel yang digunakan adalah pelat baja A53 yang telah diberi cacat buatan. Eksperimen dilakukan dengan menggeser sensor secara perlahan searah sumbu-x melewati lokasi diskontinuitas. Diskontinuitas yang diinspeksi adalah cacat lubang berdiameter 1-4 mm serta cacat retak dengan orientasi arah horizontal dan vertikal. Perubahan fase yang diperoleh untuk cacat lubang berdiameter 1, 2, 3, dan 4 mm berturut-turut adalah 2.1o, 8.7o, 10.1o, dan 19.5o. Sedangkan perubahan fase tertinggi yang diperoleh untuk cacat retak horizontal dan vertikal berturut-turut adalah 14o dan 3o. Hal ini menunjukkan perubahan fase berbanding lurus dengan ukuran diskontinuitas dan orientasi cacat dapat memengaruhi perubahan fase yang diperoleh. Minimum ukuran cacat lubang yang dapat dicitrakan adalah 2 mm karena intensitas warna citra pada lubang 1 mm tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara daerah normal dan daerah cacat. Selain itu, sensor dapat mencitrakan cacat retak horizontal lebih baik dibandingkan dengan cacat retak vertikal. Karena intensitas warna citra pada cacat retak vertikal tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara daerah normal dan daerah cacat.

Item Type: Thesis (S1)
Contributors:
ContributionContributorsNIP/NIM
Thesis advisorHaryono, DidiedUNSPECIFIED
Thesis advisorAl-Huda, MahfudzUNSPECIFIED
Additional Information: Pengelasan logam merupakan proses fabrikasi untuk membuat sambungan antara dua atau lebih logam dengan memanaskannya hingga mencapai titik leleh logam tersebut dengan atau tanpa penggunaan tekanan dan logam pengisi. Kualitas hasil lasan dipengaruhi oleh ada tidaknya cacat pada hasil lasan. Cacat adalah diskontinuitas dengan ukuran melebihi batas dari spesifikasi dan standar yang telah ditentukan. Diskontinuitas las merupakan interupsi pada struktur lasan seperti ketidakhomogenan sifat mekanik, metalurgi, atau fisika pada material atau lasan. Salah satu metode untuk mengetahui keberadaan diskontinuitas adalah dengan pengujian tidak merusak (non-destructive test). Metode pengujian tidak merusak yang umum digunakan untuk menginspeksi hasil lasan adalah radiografi dan ultrasonik. Saat ini, salah satu metode yang sedang dikembangkan untuk pengujian tidak merusak adalah Magnetic Induction Tomography (MIT). Selain karena bersifat non-intrusive dan contacless, kelebihan MIT adalah aman dari bahaya radiasi dan relatif murah. Penelitian ini menggunakan sensor MIT fleksibel dengan koil pemancar dan koil penerima terbuat dari koil tembaga. Kedua koil dililit sebanyak tiga kali hingga membentuk koil spiral berdiameter 5 mm. Sampel yang digunakan adalah pelat baja A53 yang telah diberi cacat buatan. Eksperimen dilakukan dengan menggeser sensor secara perlahan searah sumbu-x melewati lokasi diskontinuitas. Diskontinuitas yang diinspeksi adalah cacat lubang berdiameter 1-4 mm serta cacat retak dengan orientasi arah horizontal dan vertikal. Perubahan fase yang diperoleh untuk cacat lubang berdiameter 1, 2, 3, dan 4 mm berturut-turut adalah 2.1o, 8.7o, 10.1o, dan 19.5o. Sedangkan perubahan fase tertinggi yang diperoleh untuk cacat retak horizontal dan vertikal berturut-turut adalah 14o dan 3o. Hal ini menunjukkan perubahan fase berbanding lurus dengan ukuran diskontinuitas dan orientasi cacat dapat memengaruhi perubahan fase yang diperoleh. Minimum ukuran cacat lubang yang dapat dicitrakan adalah 2 mm karena intensitas warna citra pada lubang 1 mm tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara daerah normal dan daerah cacat. Selain itu, sensor dapat mencitrakan cacat retak horizontal lebih baik dibandingkan dengan cacat retak vertikal. Karena intensitas warna citra pada cacat retak vertikal tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara daerah normal dan daerah cacat.
Subjects: T Technology > T Technology (General)
Divisions: 03-Fakultas Teknik
03-Fakultas Teknik > 27201-Jurusan Teknik Metalurgi
Depositing User: Admin Eprints Untirta
Date Deposited: 09 Nov 2021 09:57
Last Modified: 09 Nov 2021 09:57
URI: http://eprints.untirta.ac.id/id/eprint/4628

Actions (login required)

View Item View Item