Pamuji Ningsih, Endah (2015) INISIASI TUNAS MARASI (Curculigo latifolia) MENGGUNAKAN PERBEDAAN KONSENTRASI NAA (Naphthalene Acetic Acid) DAN BAP (Benzyl Amino Purine) SECARA IN VITRO. S1 thesis, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
![[img]](https://eprints.untirta.ac.id/style/images/fileicons/text.png) |
Text
INISIASI TUNAS MARASI (Curculigo latifolia) MENGGUNAKAN PERBEDAAN KONSENTRASI NAA (Naphthalene Ac.pdf - Published Version Restricted to Registered users only until 2015. Download (2MB) |
Abstract
The aim of this research was to know initiation on shoots of marasi (Curculigo latifolia) by In Vitro different concentration of NAA (Naphthalene Acetic Acid) And BAP (Benzyl Amino Purine). This research has been done at Biotechnology Laboratory of Agriculture Faculty, Sultan Ageng Tirtayasa University since August to October 2014. This research used Randomized Complete Design (RCD) with two factor. The first factor was NAA concentration with 4 levels, they were mg/l; 0,2 mg/l; 0,4 mg/l; 0,6 mg/l. The second factor was BAP concentration with 4 levels, they were 0 mg/l; 0,5 mg/l; 1 mg/l; 1,5 mg/l, so there were 16 combinations treatment and each treatment had 3 repetitions. The result of this research showed that the growth medium which added NAA 0mg/L + BAP 0,5 mg/L, NAA 0,2 mg/L + BAP 0,5 mg/L and NAA 0,2 mg/L + BAP 1,5 mg/Lgave the shortes time to grow of buds (2,21 day after planting). The combination of NAA 0,4 mg/L + BAP 0 mg/L and NAA 0,2 mg/L + BAP 1,5 mg/L gave the heighest optimum growth for height of. The best result for the number of leave NAA 0,2 mg/L + BAP 0 mg/L and NAA 0,4 mg/L + BAP 0,5 mg/L. All the living explants during the observation reached 83% with the number of contaminaton explants was 60% and browning explants 87%. Key words : Explants, Marasi, Hormone, NAA, BAP
| Item Type: | Thesis (S1) | |||||||||
|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| Contributors: |
|
|||||||||
| Additional Information: | Buah marasi (Curculugo latifolia) mengandung protein pemanis disebut curculin. Ekstrak Curculin pertama kali dikembangkan menjadi pemanis alami. Namun, produk belum dikomersialisasikan karena terhambat oleh produksi buah yang terbatas, sehingga tanaman ini belum dikembangkan menjadi tanaman budidaya. Curculin merupakan senyawa kimia dan memilki rasa manis yang tergolong protein bukan karbohidrat. Curculin, yang diekstrak dari buah C. latifolia, telah diteliti memiliki rasa manis dan karakter manisnya digunakan untuk memodifikasi pemanis alami dan telah terbukti menjadi pemanis rendah kalori yang berpotensi baik. Membuat peminat marasi telah meningkat karena peran mearasi sebagai pemanis alternatif dan implikasinya yang mungkin bermanfaat dalam pencegahan diabetes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui inisiasi tunas marasi (Curculigo latifolia) secara In Vitro menggunakan konsentrasi NAA (Naphthalene Acetic Acid) dan BAP (Benzyl Amino Purine) yang berbeda. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dan terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi NAA yang terdiri dari empat taraf yaitu 0 mg/l; 0,2 mg/l; 0,4 mg/l; 0,6 mg/l, faktor kedua adalah BAP yang terdiri dari empat taraf yaitu 0 mg/l; 0,5 mg/l; 1 mg/l; 1,5 mg/l. sehingga terdapat 16 kombinasi perlakuan yang masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk waktu tumbuh tunas dan setiap minggu untuk peubah tinggi tanaman, jumlah daun, serta pada akhir pengamatan untuk peubah persentase eksplan hidup, persentase ekplan terkontaminasi dan persentase eksplan browning. Hasil penelitian menunjukan bahwa media dengan penambahan NAA 0 mg/L + BAP 0,5 mg/L, NAA 0,2 mg/L + BAP 0,5 mg/L dan NAA 0,2 mg/L + BAP 1,5 mg/L paling cepat memunculkan tunas (2,21 HST). Kombinasi perlakuan NAA 0,4 mg/L + BAP 0 mg/L dan NAA 0,2 mg/L + BAP 1,5 mg/L paling optimal untuk pertumbuhan tinggi tanaman. Jumlah daun terbanyak dihasilkan oleh kombinasi NAA 0,2 mg/L + BAP 0 mg/L dan NAA 0,4 mg/L + BAP 0,5 mg/L. Seluruh eksplan yang hidup sampai akhir pengamatan adalah 83%, selain itu eksplan yang terkontaminasi 60%, serta eksplan browning 87%. | |||||||||
| Uncontrolled Keywords: | Key words : Explants, Marasi, Hormone, NAA, BAP | |||||||||
| Subjects: | S Agriculture > S Agriculture (General) | |||||||||
| Divisions: | 04-Fakultas Pertanian 04-Fakultas Pertanian > 54211-Program Studi Agroekoteknologi |
|||||||||
| Depositing User: | Perpustakaan Pusat | |||||||||
| Date Deposited: | 02 Nov 2021 08:09 | |||||||||
| Last Modified: | 02 Nov 2021 08:09 | |||||||||
| URI: | http://eprints.untirta.ac.id/id/eprint/4270 |
Actions (login required)
 |
View Item |