NURHAYATI, LIA (2023) PETANI: STRUKTUR KUASA DALAM SISTEM PRODUKSI PERTANIAN DI KABUPATEN SERANG. S1 thesis, UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA.
Text (SKRIPSI)
LIA NURHAYATI_6670180063_ FULL TEXT.pdf Restricted to Registered users only Download (4MB) |
|
Text (SKRIPSI)
LIA NURHAYATI_6670180063_02.pdf Restricted to Registered users only Download (444kB) |
|
Text (SKRIPSI)
LIA NURHAYATI_6670180063_03.pdf Restricted to Registered users only Download (812kB) |
|
Text (SKRIPSI)
LIA NURHAYATI_6670180063_REF.pdf Restricted to Registered users only Download (244kB) |
|
Text (SKRIPSI)
LIA NURHAYATI_6670180063_LAMP.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
|
Text (SKRIPSI)
LIA NURHAYATI_6670180063_05.pdf Restricted to Registered users only Download (26kB) |
|
Text (SKRIPSI)
LIA NURHAYATI_6670180063_ 01.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
|
Text (SKRIPSI)
LIA NURHAYATI_6670180063_04.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
|
Text (SKRIPSI)
LIA NURHAYATI_6670180063_CP.pdf Restricted to Registered users only Download (26MB) |
Abstract
Power is able to influence the activities carried out by farmers. When carrying out the existing agricultural production system in the Serang Regency area, there are actors who are connected to each other to from a power structure strengthened by history and culture that are attached to each other. The lack of knowledge, relations, and power possessed by farmers causes powerlessness. Patron-client theory by James Scott is used as an analytical knife in dissecting this research to describe the actual events experienced by the actors. This research method uses qualitative research with a multiple case study approach by comparing three different places, namely Bandung District, Pontang District, and Kramatwatu District. The results of this study explain that there is a power structure in the agricultural production system in Serang Regency, it can be seen from the treatment of middlemen who act will such as making late payments to farmers, there are forms of fraud experienced by farmers in the payment system, farmers must receive cheap wages from the middleman. Many people think that farmers have a low position so they often get unfavorable treatment, reinforced by the events that have occurred in the past regarding the 1888 Banten peasant rebellion which required farmers to pay a tribute to the sultan of 10%. In the colonial period, farmers were required to pay atribute of 20-30%, this happened because farmers were considered clients who had a lower position that middlemen, who were patrons, who had a higher position.
Item Type: | Thesis (S1) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Contributors: |
|
||||||
Additional Information: | Kekuasaan mampu memberikan pengaruh pada aktivitas yang dilakukan oleh para petani. Pada saat menjalankan sistem produksi pertanian yang ada di wilayah Kabupaten Serang, terdapat aktor-aktor yang saling terhubung membentuk struktur kuasa diperkuat dengan history dan kebudayaan yang saling melekat. Kurangnya pengetahuan, relasi, dan kekuasaan yang dimiliki oleh para petani menyebabkan ketidakberdayaan. Teori Patron-client oleh James Scott digunakan sebagai pisau analisis dalam membedah penelitian ini agar bisa menggambarkan kejadian nyata yang dialami oleh para aktor. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan multiple case study dengan membandingkan tiga tempat berbeda yaitu Kecamatan Bandung, Kecamatan Pontang, dan Kecamatan Kramatwatu. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat struktur kuasa dalam sistem produksi pertanian di Kabupaten Serang, dapat terlihat dari perlakuan tengkulak yang bertindak dengan sesuka hati seperti melakukan keterlambatan pembayaran kepada petani, terdapat bentuk kecurangan yang dialami oleh petani dalam sistem pembayaran, petani harus menerima upah yang murah dari tengkulak. Banyak orang menganggap bahwa petani memiliki kedudukan yang rendah sehingga sering mendapatkan perlakuan yang kurang baik, diperkuat dengan peristiwa yang telah terjadi dimasa lalu tentang pemberontakan petani Banten Tahun 1888 yang mengharuskan para petani untuk membayar upeti kepada sultan sebesar 10%. Pada masa kolonial petani diharuskan membayar upeti sebesar 20-30% hal tersebut terjadi karena petani dianggap sebagai klien yang memiliki kedudukan lebih rendah dari pada tengkulak sebagai patron yang memiliki kedudukan lebih tinggi. | ||||||
Uncontrolled Keywords: | Kekuasaan, Patron-Client, Hegemoni, Relasi Kuasa Power, Patron-Client, Hegemony, Power Relations | ||||||
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) J Political Science > JA Political science (General) Communication > Science Journalism |
||||||
Divisions: | 06-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 06-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > 65201-Program Studi Ilmu Pemerintahan |
||||||
Depositing User: | Mrs Lia Nurhayati | ||||||
Date Deposited: | 31 Oct 2023 16:29 | ||||||
Last Modified: | 02 Nov 2023 14:44 | ||||||
URI: | http://eprints.untirta.ac.id/id/eprint/30728 |
Actions (login required)
View Item |