ARDHAN BARAKA, BANI (2023) POLITISASI SIMBOL KEBUDAYAAN DALAM KEKUASAAN KEPALA DAERAH (STUDI KASUS TENTANG DEDI MULYADI - BUPATI PURWAKARTA PERIODE 2008 - 2018). S1 thesis, UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA.

	Text BANI ARDHAN BARAKA_6670160045_Fulltext.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB)
	Text BANI ARDHAN BARAKA_6670160045_01.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB)
	Text BANI ARDHAN BARAKA_6670160045_02.pdf Restricted to Registered users only Download (389kB)
	Text BANI ARDHAN BARAKA_6670160045_03.pdf Restricted to Registered users only Download (245kB)
	Text BANI ARDHAN BARAKA_6670160045_04.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB)
	Text BANI ARDHAN BARAKA_6670160045_05.pdf Restricted to Registered users only Download (304kB)
	Text BANI ARDHAN BARAKA_6670160045_Ref.pdf Restricted to Registered users only Download (421kB)
	Text BANI ARDHAN BARAKA_6670160045_Lamp.pdf Restricted to Registered users only Download (676kB)

Abstract

This study aims to examine the practice of political symbols in the power of regional heads, by focusing on how political symbols are interpreted and used to perpetuate power, as the phenomenon that occurred in Purwakarta by Dedi Mulyadi. The purpose of this study is to find out how the forms of symbolic political operations exist in Purwakarta. The theory used is the political theory of symbols by Pierre Bourdieu. In the politics of symbols that Pierre Bourdieu explained, he put forward 3 elementsor components that support his theory, namely Habitus, Capital, and Arena. This study uses a case study approach by Robert K. Yin. Based on qualitative data collected from documentation, interviews, and results of field observations in Purwakarta during the period 2020 to 2022, three things were found that can be explained in this paper. accompanied by a process of manipulation of the symbol for various political interests of power. Second, the process of manipulating symbols is carried out by mastering control over the authority of interpretation and meaning (a regime of meaning) and conquering the power of civil society and local leaders to eliminate their critical reasoning. Third, this study shows that political symbols at a certain level can be seen from the meanings of Habitus, Capital, and Arena. Habitus are social values that are internalized by humans, and are created through a process of socialization of values that lasts a long time, so that they settle into ways of thinking and patterns of behavior that settle within the human being. Meanwhile, capital is capital that allows us to get opportunities in life. And the arena is a special space in society. There are various arenas, such as the education arena, the business arena, the artists arena, and the political arena.

Item Type:	Thesis (S1)
Contributors:	Contribution Contributors NIP/NIM Thesis advisor MA'ASAN MAYRUDIN, YEBY 198805262019031008
Additional Information:	Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji praktik politik simbol dalam kekuasaan kepala daerah, dengan mengambil fokus pada bagaimana politik simbol dimaknai dan digunakan untuk melanggengkan kekuasaan, sebagaimana fenomena yang terjadi di Purwakarta oleh Dedi Mulyadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk operasi politik simbol yang ada di Purwakarta. Teori yang digunakan adalah teori politik simbol Pierre Bourdieu. Dalam politik simbol yang Pierre bourdieu paparkan dia mengemukakan 3 unsur atau komponen yang mendukung teorinya yaitu Habitus, Kapital (Modal), dan Arena. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus Robert K. Yin. Berdasarkan data-data kualitatif yang dikumpulkan dari dokumentasi, wawancara, serta hasil obeservasi lapangan di Purwakarta selama periode 2020 hingga 2022, ditemukan tiga hal yang dapat dijelaskan dalam tulisan ini, Pertama, penggunaan politik simbol seperti: patung, bahasa lokal dan pakaian tradisional, ternyata disertai dengan proses manipulasi terhadap simbol tersebut untuk berbagai kepentingan politik kekuasaan. Kedua, proses memanipulasi simbol dilakukan dengan menguasai kontrol terhadap otoritas tafsir dan makna (rezim pemaknaan) serta menaklukkan kekuatan civil society dan local leader untuk menghilangkan nalar kritis mereka. Ketiga, kajian ini menunjukkan bahwa politik simbol pada tingkat tertentu dapat dilihat dari makna Habitus, Kapital, dan Arena. Habitus adalah nilai-nilai sosial yang dihayati oleh manusia, dan tercipta melalui proses sosialisasi nilai-nilai yang berlangsung lama, sehingga mengendap menjadi cara berpikir dan pola perilaku yang menetap di dalam diri manusia tersebut. Sementara, kapital merupakan modal yang memungkinkan kita untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan di dalam hidup. Dan arena adalah ruang khusus yang ada di dalam masyarakat. Ada beragam arena, seperti arena pendidikan, arena bisnis, arena seniman, dan arena politik.
Uncontrolled Keywords:	Keywords: Dedi Mulyadi, Symbolic Politics, Habitus, Capital, and Arena Kata Kunci: Dedi Mulyadi, Politik Simbol, Habitus, Kapital, dan Arena
Subjects:	J Political Science > JA Political science (General) J Political Science > JS Local government Municipal government
Divisions:	06-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 06-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > 65201-Program Studi Ilmu Pemerintahan
Depositing User:	bani ardhan baraka
Date Deposited:	24 May 2023 11:06
Last Modified:	24 May 2023 11:06
URI:	http://eprints.untirta.ac.id/id/eprint/21916

Actions (login required)

View Item