Search for collections on EPrints Repository UNTIRTA

WAKTU PENANGKAPAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN LONTAR KABUPATEN SERANG BANTEN

MAESAROH, SITI LULU AYU (2015) WAKTU PENANGKAPAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN LONTAR KABUPATEN SERANG BANTEN. S1 thesis, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

[img] Text
WAKTU PENANGKAPAN KEPITING BAKAU SCYLLA SERRATA DI PERAIRAN LONTAR KABUPATEN SERANG BANTEN .pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Abstract

Lontar is one area of the mud crab fishing in Serang Regency. The collapsible traps are commonly used by Lontar’s fisherman to catch mud crab. This study aimed to describe the collapsible trap fishing unit, operation method and analyze the effect of different catching time in Lontar. The experimental fishing was conducted for 30 days. The result showed that the collapsible traps have size LxWxH= 42x29x17 cm with a frame diameter of 0,35 cm, using polyethylene multifilament with a mesh opening of 1 cm as a covered and operated by one fisherman. The main parts of the collapsible trap are body, funnel, frame, bait place and buoys. Operation methods divided into setting, soaking and hauling. Mud crab (Scylla serrata) is the main catches of this trap. By catch on the collapsible trap including swimming crab (Portunus pelagicus) and tiger conch (Babylonia spirata). Result of t-test showed that fishing time has significant influenced to total weight and total number of catch. It means total weight and number of catch at the night higher than the day.

Item Type: Thesis (S1)
Contributors:
ContributionContributorsNIP/NIM
Thesis advisorIrnawati, Ririn198309112009122005
Thesis advisorSusanto, Adi19830920201012004
Additional Information: Kepiting bakau (Scylla sp.) merupakan salah satu komoditi perikanan yang bernilai ekonomis tinggi. Minat konsumsi masyarakat dalam negeri dan mancanegara terhadap kepiting ini terus meningkat, karena kandungan proteinnya yang tinggi dan rasanya yang lezat. Penangkapan kepiting bakau dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap baik yang terbuat dari bambu, jaring atau kawat. Jenis bubu yang banyak digunakan untuk menangkap kepiting bakau adalah bubu lipat (collapsible trap). Waktu makan kepiting bakau cenderung tidak beraturan. Rakhmadevi (2004) menyatakan bahwa hasil tangkapan kepiting bakau pada waktu siang dan malam tidak berbeda nyata. Hasil penelitian Tiku (2004) menunjukkan bahwa hasil tangkapan kepiting bakau berdasarkan waktu penangkapan tidak berbeda nyata, sedangkan penelitian Rosyid et al. (2005) menunjukkan bahwa waktu penangkapan berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan kepiting bakau. Yuliyanti (2013) menyatakan bahwa waktu penangkapan pagi hari memperoleh hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan siang dan malam hari. Penelitian tentang waktu penangkapan kepiting bakau di perairan Lontar belum pernah dilakukan sebelumnya. Penangkapan kepiting bakau di perairan Lontar umumnya dilakukan pada pagi dan sore hari. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai waktu penangkapan yang efektif untuk penangkapan kepiting bakau menggunakan bubu lipat. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi unit penangkapan bubu lipat, mendeskripsikan metode pengoperasian bubu lipat dan mengkaji pengaruh waktu penangkapan terhadap hasil tangkapan kepiting bakau di perairan Lontar. Metode penelitian yang digunakan adalah experimental fishing. Pengumpulan data dilaksanakan selama 30 hari dimulai dari 05 Februari - 06 Maret 2014. Waktu penangkapan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pagi dan sore hari. Analisis deskriptif dilakukan terhadap unit penangkapan dan metode pengoperasian sedangkan pengaruh waktu penangkapan dianalisis menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan kapal yang digunakan memiliki ukuran panjang (LOA) 6 m, dalam kapal (D) 0,9 m dan lebar (B) 1,6 m. kapal menggunakan mesin motor tempel bermerk Honda dengan kekuatan 6,5 PK berbahan bakar bensin. Bubu lipat yang digunakan memiliki ukuran (pxlxt) 42 x 29 x 17 cm dengan sudut kemiringan 30°. Metode pengoperasian dilakukan mulai dari persiapan, menentukan daerah penangkapan, penurunan bubu (setting), perendaman bubu (soaking) dan pengangkatan bubu (hauling). Total hasil tangkapan bubu lipat yang diperoleh selama penelitian sebanyak 2.594 ekor dengan bobot 136.770 g yang terdiri atas 12 spesies, terdiri dari kepiting bakau (Scylla serrata), rajungan karang (Charybdis truncata), rajungan (Charybdis japonica), rajungan (Portunus pelagicus), keong macan (Babylonia spirata), rangah (Murex sp.), (Strombus sp.), keong ulir (Turitella terebra), ikan kerapu lumpur (Epinephelus coioides), ikan buntal (Tetraodon sp.), ikan kiper 20 (Scatophagus argus) dan sotong (Sepia sp.). Hasil tangkapan yang dominan yaitu kepiting bakau 307 ekor, Strombus sp. 674 ekor, keong ulir 533 ekor keong macan 521 ekor, ranggah 316 ekor dan rajungan 79 ekor. Berdasarkan hasil uji-t, waktu penangkapan berpengaruh nyata terhadap jumlah dan bobot total hasil tangkapan bubu lipat. Berarti hasil tangkapan pada sore hari lebih banyak dibanding pada pagi hari. Hal ini diduga karena hasil tangkapan bubu lipat adalah hewan nocturnal yang aktif mencari makan dan beraktivitas pada malam hari. Hasil uji-t pada kepiting bakau yang tertangkap menunjukkan bahwa waktu penangkapan memberikan pengaruh yang signifikan. Artinya penangkapan pada sore hari memberikan hasil terbaik.
Uncontrolled Keywords: collapsible trap, fishing time, Lontar, mud crab
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
S Agriculture > SH Aquaculture. Fisheries. Angling
Divisions: 04-Fakultas Pertanian
04-Fakultas Pertanian > 54244-Program Studi Ilmu Perikanan
Depositing User: Perpustakaan Pusat
Date Deposited: 27 Mar 2022 05:52
Last Modified: 27 Mar 2022 05:52
URI: http://eprints.untirta.ac.id/id/eprint/10810

Actions (login required)

View Item View Item